Perencanaan pembelajaran PAUD adalah proses penyusunan rancangan
kegiatan pembelajaran yang akan dikelola pendidik untuk melejitkan potensi
anak.
Perencanaan
pembelajaran pada program PAUD merupakan langkah awal yang sangat penting untuk
memberikan arah yang tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Komponen-komponen dalam rencana pembelajaran yang meliputi tujuan yang ingin
dicapai, konsep yang ingin dibangun, metode, sarana, dan rencana waktu
pelaksanaan merupakan acuan bagi pendidik dalam menjalankan kegiatan
pembelajaran yang sistematis.
Perencanaan
pembelajaran pada program PAUD hendaknya merupakan satu kesatuan utuh yang mengacu
kepada Standar Perkembangan dan disusun
secara bertahap, dan sistematis, mulai dari Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT),
Rencana Pembelajaran Bulanan (RPB), Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), hingga
Rencana Kegiatan Harian (RKH).
Berikut ini
prinsip-prinsip pengembangan rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga
pendidik PAUD :
1. Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Anak
Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan
panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan
anak.
Sebagai contoh untuk kelompok anak usia 2
tahun yang sudah dapat berjalan dengan lancar, rencana pembelajaran yang berisi
latihan berdiri tentunya tidak menantang anak untuk berkembang lebih lanjut.
Sebaliknya untuk kelompok anak tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan
untuk membuat pola warna tidak akan dapat dicapai anak.
Mengetahui tahap perkembangan kelompok usia
anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.
2.
Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak
Selain memperhatikan tahap perkembangan anak,
rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara
individu karena setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Meskipun pada
umumnya anak pada kelompok usia tertentu ada dalam tahap perkembangan yang
sama, tetapi pada kenyataannya setiap anak memiliki kekhasan masing-masing.
Oleh karena itu dalam menyusun rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan
kekhasan anak secara individu.
Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran
masing-masing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat anak main.
DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap
perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah dilakukan
penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan dasar untuk
membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.
3.
Menyeluruh (meliputi semua aspek
perkembangan)
Rencana pembelajaran yang disusun harus
mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai
agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan
seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pada
pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek perkembangan disampaikan
dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan menggunakan tema. Contoh:
dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang dikembangkan mencakup moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku
sebagai ciptaan Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan
keluargaku, dll), kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional
(mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku), dan seterusnya.
4. Operasional
:
a. Tujuan Jelas dan dapat diukur:
Perencanaan
yang dibuat harus berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam
pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai
mencakup pengembangan semua kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin
dicapai dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai
dari indikator paling sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator
yang ditetapkan dalam tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan.
Tujuan yang dituangkan dalam rencana
pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
Contoh perumusan tujuan:
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak
(Tujuan masih umum belum kongkrit).
Bandingkan dengan tujuan berikut ini:
Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat
(lebih kongkrit/terukur).
b. Dapat Dilaksanakan:
Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan
pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat
diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar perencanaan
dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang ada (SDM, sarana dan
prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan
anak.
5. Mengoptimalkan Potensi Lingkungan
Salah satu tujuan PAUD adalah mengembangkan
kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain anak
diharapkan peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat melihat
lingkungan sebagai pusat sumber belajar, sebagai potensi yang harus
dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu
pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus berakar pada lingkungan yang ada
di sekitar anak.
Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang yang
ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda,
tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain
lingkungan fisk juga perlu memperhatikan lingkungan
non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai keagamaan, seni, bahasa, dan
lainnya.
Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut
diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan
pembelajaran bagi anak usia dini.
Contoh:
Tema :
Tempat Beribadah,
Sub tema :
Masjid
Kegiatan yang akan dilaksanakan:
- Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di masjid.
- Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian bangunan masjid.
- Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar, menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting, menyusun puzle, dll.
Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat
diartikan dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang ada di lingkungan
sebagai APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama anak sebagai
salah satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang dimiliki.
Sumber : http://file.upi.edu/Direktori/
Silabus_PAUD_NonFormal/
0 komentar:
Posting Komentar