2 Jul 2012

Menemukenali Kebutuhan Belajar Masyarakat


Aktivitas Pendidikan Nonformal (PNF) selalu merujuk pada pertanyaan “apa” dan “untuk apa” sesungguhnya PNF itu ? Pertanyaan dasar tersebut merupakan denah dari program dan aktivitas PNF yang harus dibangun dan diimplementasikan.  Menurut Fasli Djalal (2004) PNF pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan perhatian khusus pada masyarakat yang tergolong tidak beruntung dan penduduk miskin. 
    Ada tiga aspek kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. (1) pendidikan dan kesehatan, (2) kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan, (3) peluang berpartisipasi dalam pembangunan . Belajar adalah salah satu bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

 Belajar merupakan hal yang sudah biasa kita dengar namun terkadang sulit untuk menafsirkan, terlebih untuk mengaplikasikannya. Hal ini terbukti bahwa kita ternyata lebih sering belajar karena perintah seseorang, bukan karena keinginan dan kebutuhan diri sendiri. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Winkel, “ belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perunahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap”. Pendapat diatas sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri, 1999), “ belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Pendapat para ahli tersebut memiliki benang merah yang sama yaitu belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang ditunjukan oleh perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil dari pengalaman.
 Adanya perubahan ke arah positif merupakan indikator bahwa seseorang telah belajar.  Proses belajar sepatutnya merupakan aktivitas yang disadari, disengaja berdasarkan keinginan dan kebutuhan  seseorang sehingga tidak ada unsur pemaksanaan. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga diperlukan teknik yang tepat untuk menemukan kebutuhan belajar seseorang. Secara analogi, seseorang akan makan jika lapar, akan tidur jika mengantuk, akan belajar jika memang membutuhkan hal tersebut.
 Menemukenali adalah menemukan dan mengenali, artinya tidak hanya proses menemukan kebutuhan belajar, tetapi mengenali kebutuhan sasaran karena terkadang kebutuhan belajar tidak terungkap secara jelas sehingga butuh proses lebih lama untuk dapat mengenali kebutuhan masyarakat sasaran. Teknik dalam  menemukenali ini disebut dengan teknik identifikasi kebutuhan belajar masyarakat.

Mengapa Identifikasi Kebutuhan ?
Mungkin pertanyaan diatas dapat mewakili keingintahuan kita semua mengenai alasan dilakukan identifikasi kebutuhan belajar masyarakat. Berikut beberapa jawaban yang menjadi alasan mengapa identifikasi harus dilakukan (Lary Davis), yaitu :
1.    Memberikan suatu tempat untuk memulai
2.    Memberi arah
3.    Memberikan jawaban tentang pertanyaan “mengapa”
4.    Memberi dasar untuk meneruskan atau menghentikan suatu program

Lebih lanjut dijelaskan beberapa fungsi yang memperkuat alasan dilaksanakannya identifikasi kebutuhan belajar masyarakat , yaitu :
  1. Sebagai bahan pertimbangan untuk menemukan skala prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar
  2. Sebagai data dan informasi bagi pihak yang memerlukan
  3. Sebagai bahan dokumentasi
 Sementara itu tujuan identifikasi kebutuhan belajar adalah :
  1. Untuk mengetahui adanya berbagai masalah atau kebutuhan belajar yang diinginkan oleh sasaran
  2. Untuk mempermudah dalam menentukan skala prioritas bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar.
Kebutuhan seseorang akan berbeda dengan kebutuhan yang lain, terlebih terdapat perbedaan usia. Kebutuhan anak balita akan berbeda dengan remaja, begitu pula kebutuhan seorang remaja akan sangat berbeda dengan kebutuhan orang dewasa.
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm,1996). Hal ini sejalan dengan teori Maslow yang mengkalsifikasikan kebutuhan masyarakat dalam hierarki kebutuhan belajar sebagai berikut :
Basic Needs atau kebutuhan dasar, merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Dominasi kebutuhan fisiologis ini relatif lebih tinggi  dibanding dengan kebutuhan lain dan dengan demikian muncul kebutuhan-kebutuhan lain.
  1. Safety Needs,atau kebutuhan akan keselamatan, merupakan kebutuhan yang meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, kebebasan, dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan pada diri, pelindung dan sebagainya.
  2. Love Needs atau kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, merupakan kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselematan telah terpenuhi. Artinya orang dalam kehidupannya akan membutuhkan rasa untuk disayang dan menyayangi antar sesama dan untuk berkumpul dengan orang lain.
  3. Esteem Needs atau kebutuhan akan harga diri. Semua orang dalam masyarakat mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat akan rasa hormat atau harga diri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan ini dibagi dalam dua peringkat :
  • Keinginan akan kekuatan, prestasi, berkecukupan, unggul, dan kemampuan, percaya pada diri sendiri, kemerdekaan dan kebebasan.
  • Hasrat akan nama baik atau gengsi dan harga diri, prestise (penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian dan martabat. 
 5. Self Actualitation Needs atau kebutuhan akan perwujudan diri, yakni kecenderungan       untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.


Sumber : Ardiwinata, Jajat s, dkk, (2011), Menuju Masyarakat Pembelajar, Bandung , Lab. PLS FIP UPI.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

BUKU TAMU

Sahabat IPI Sumedang

Copyright © 2012. IPI Sumedang - All Rights Reserved B-Seo Versi 3 by Bamz