Aktivitas
Pendidikan Nonformal (PNF) selalu merujuk pada pertanyaan “apa” dan “untuk apa”
sesungguhnya PNF itu ? Pertanyaan dasar tersebut merupakan denah dari program
dan aktivitas PNF yang harus dibangun dan diimplementasikan. Menurut Fasli Djalal (2004) PNF pada
hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan perhatian
khusus pada masyarakat yang tergolong tidak beruntung dan penduduk miskin.
Ada
tiga aspek kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat. (1) pendidikan dan kesehatan, (2) kesempatan kerja dan memperoleh
pendapatan, (3) peluang berpartisipasi dalam pembangunan . Belajar adalah salah
satu bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Belajar
merupakan hal yang sudah biasa kita dengar namun terkadang sulit untuk
menafsirkan, terlebih untuk mengaplikasikannya. Hal ini terbukti bahwa kita
ternyata lebih sering belajar karena perintah seseorang, bukan karena keinginan
dan kebutuhan diri sendiri. Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut
Winkel, “ belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perunahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap”. Pendapat diatas sesuai dengan
definisi yang dikemukakan oleh Cronchbach
(Djamarah, Syaiful Bahri, 1999), “ belajar adalah suatu aktivitas yang
ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Pendapat
para ahli tersebut memiliki benang merah yang sama yaitu belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang ditunjukan oleh perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil dari pengalaman.
Adanya
perubahan ke arah positif merupakan indikator bahwa seseorang telah
belajar. Proses belajar sepatutnya
merupakan aktivitas yang disadari, disengaja berdasarkan keinginan dan
kebutuhan seseorang sehingga tidak ada
unsur pemaksanaan. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga
diperlukan teknik yang tepat untuk menemukan kebutuhan belajar seseorang.
Secara analogi, seseorang akan makan jika lapar, akan tidur jika mengantuk,
akan belajar jika memang membutuhkan hal tersebut.
Menemukenali
adalah menemukan dan mengenali, artinya tidak hanya proses menemukan kebutuhan
belajar, tetapi mengenali kebutuhan sasaran karena terkadang kebutuhan belajar
tidak terungkap secara jelas sehingga butuh proses lebih lama untuk dapat
mengenali kebutuhan masyarakat sasaran. Teknik dalam menemukenali ini disebut dengan teknik identifikasi
kebutuhan belajar masyarakat.
Mengapa
Identifikasi Kebutuhan ?
Mungkin pertanyaan
diatas dapat mewakili keingintahuan kita semua mengenai alasan dilakukan
identifikasi kebutuhan belajar masyarakat. Berikut beberapa jawaban yang
menjadi alasan mengapa identifikasi harus dilakukan (Lary Davis), yaitu :
1. Memberikan
suatu tempat untuk memulai
2. Memberi
arah
3. Memberikan
jawaban tentang pertanyaan “mengapa”
4. Memberi
dasar untuk meneruskan atau menghentikan suatu program
Lebih lanjut
dijelaskan beberapa fungsi yang memperkuat alasan dilaksanakannya identifikasi
kebutuhan belajar masyarakat , yaitu :
- Sebagai bahan pertimbangan untuk menemukan skala prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar
- Sebagai data dan informasi bagi pihak yang memerlukan
- Sebagai bahan dokumentasi
Sementara itu
tujuan identifikasi kebutuhan belajar adalah :
- Untuk mengetahui adanya berbagai masalah atau kebutuhan belajar yang diinginkan oleh sasaran
- Untuk mempermudah dalam menentukan skala prioritas bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar.
Kebutuhan seseorang
akan berbeda dengan kebutuhan yang lain, terlebih terdapat perbedaan usia.
Kebutuhan anak balita akan berbeda dengan remaja, begitu pula kebutuhan seorang
remaja akan sangat berbeda dengan kebutuhan orang dewasa.
Kebutuhan adalah
suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh
sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam
Bherm,1996). Hal ini sejalan dengan teori Maslow yang mengkalsifikasikan
kebutuhan masyarakat dalam hierarki kebutuhan belajar sebagai berikut :
Basic Needs atau kebutuhan dasar,
merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Dominasi kebutuhan fisiologis
ini relatif lebih tinggi dibanding
dengan kebutuhan lain dan dengan demikian muncul kebutuhan-kebutuhan lain.
- Safety Needs,atau kebutuhan akan keselamatan, merupakan kebutuhan yang meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, kebebasan, dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan pada diri, pelindung dan sebagainya.
- Love Needs atau kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, merupakan kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselematan telah terpenuhi. Artinya orang dalam kehidupannya akan membutuhkan rasa untuk disayang dan menyayangi antar sesama dan untuk berkumpul dengan orang lain.
- Esteem Needs atau kebutuhan akan harga diri. Semua orang dalam masyarakat mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat akan rasa hormat atau harga diri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan ini dibagi dalam dua peringkat :
- Keinginan akan kekuatan, prestasi, berkecukupan, unggul, dan kemampuan, percaya pada diri sendiri, kemerdekaan dan kebebasan.
- Hasrat akan nama baik atau gengsi dan harga diri, prestise (penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian dan martabat.
5. Self Actualitation Needs atau kebutuhan
akan perwujudan diri, yakni kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sesuai
dengan kemampuannya.
Sumber :
Ardiwinata, Jajat s, dkk, (2011), Menuju Masyarakat Pembelajar, Bandung , Lab.
PLS FIP UPI.
0 komentar:
Posting Komentar